LitHukers, pernah denger istilah “mental Korea”? Nah, ini nih fenomena unik yang sering kita lihat di sekitar kita. Bukan soal muka kinclong bak oppa-oppa atau eonni-eonni ya, tapi tentang mindset orang-orang yang punya ambisi membara kayak lagi kena ultimatenya Dyrroth.
Semangat 45? Lewat!
Bayangin aja, LitHukers, orang-orang dengan mental Korea ini bisa kerja tanpa kenal waktu. Lembur? Sikat! Tugas segunung? Gas pol! Deadline mepet? Santai, masih bisa sambil ngopi cantik. Buat mereka, waktu istirahat tuh cuma ilusi, yang penting ambisi tercapai.
Jangan heran kalau anak-anak sekolah juga kena virus serupa. Pulang sore karena ekstrakurikuler dan les udah jadi makanan sehari-hari. Belum lagi tugas yang numpuk, duh! Jangankan rebahan, skincare-an aja kadang cuma angan-angan.
Obsesi Jadi Nomor Satu
Mental Korea juga ditandai dengan ambisi buat jadi yang terbaik. Gak cukup sekadar oke, harus jadi superstar! Nilai sempurna, ranking teratas, jabatan mentereng – itulah target utamanya. Kompetisi itu sudah kayak makanan sehari-hari, gak ikut aja bisa bikin pusing tujuh keliling.
Saking terobsesinya, kadang sampe lupa kalau hidup bukan cuma soal prestasi. Rebahan dikit dibilang males, gak ikut olimpiade diomelin abis-abisan. Padahal, LitHukers, kesehatan mental juga penting cui!
Ironi di Balik Ambisi
Tau gak sih, LitHukers, di balik ambisi membara itu terkadang ada sisi gelapnya juga. Korea Selatan, negara yang identik dengan mental ini, punya tingkat bunuh diri yang tinggi loh. Tekanan buat sukses, dari lingkungan maupun diri sendiri, bisa membawa orang ke jurang keputusasaan.
Padahal, kesuksesan gak cuma diukur dari materi atau prestasi doang. Punya hubungan sosial yang baik, jiwa yang sehat, dan waktu istirahat yang cukup juga bagian penting dari hidup yang seimbang.
Cari Keseimbangan, Gan!
Nah, buat LitHukers yang punya mental Korea ini, gak ada salahnya kok punya ambisi. Tapi inget, harus diimbangi dengan kesehatan fisik dan mental juga. Kerja keras boleh, tapi jangan sampai lupa istirahat dan menikmati hidup. Ingat, hidup itu bukan lomba lari, tapi perjalanan yang bisa dinikmati setiap langkahnya.
Intinya, LitHukers, gak usah terlalu ngoyo sampai menuhankan ambisi. Hidup ini cuma sekali, nikmatilah dengan seimbang. Gak usah sampe jadi kayak karakter di drakor yang hidupnya tragis mulu. Ingat, bahagia itu yang terpenting!
Salam waras dari LitHuk!